JURNALIFE – China kembali berduka setelah insiden kekerasan melanda Sekolah Kejuruan Seni dan Teknologi Wuxi di Yixing, Provinsi Jiangsu, pada Sabtu (16/11/2024). Seorang mantan siswa berusia 21 tahun melakukan aksi penusukan yang mengakibatkan beberapa korban terluka. Kejadian ini hanya berselang beberapa hari setelah peristiwa penabrakan massal di Zhuhai, China Selatan.
Menurut laporan Reuters, tersangka langsung ditangkap di lokasi kejadian. Penyelidikan awal mengungkap bahwa pelaku bertindak karena frustrasi setelah gagal lulus ujian, tidak mendapatkan sertifikat kelulusan, serta kecewa dengan kompensasi magang yang dianggap tidak memadai.
“Pelaku merasa diperlakukan tidak adil, yang memicu tindakannya menyerang orang-orang di kampus,” ungkap Biro Keamanan Publik Yixing dalam pernyataannya pada Senin (18/11/2024).
Sejumlah saksi mata menyebut suasana di lokasi kejadian sangat mencekam. Para siswa tampak berlarian meninggalkan kampus, beberapa di antaranya membawa koper. Pelaku diduga menyerang saat kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung.
“Mereka masih sangat muda, rata-rata berusia 18 atau 19 tahun. Sangat memilukan melihat tragedi seperti ini terjadi,” ujar seorang warga bermarga Duan yang turut memberikan penghormatan dengan meletakkan bunga di gerbang sekolah.
Ia juga menyoroti pentingnya dukungan psikologis bagi kaum muda yang menghadapi tekanan besar dalam dunia pendidikan dan karier.
Profesor Qu dari Universitas Fudan menjelaskan bahwa insiden semacam ini sering melibatkan pelaku yang mengalami tekanan psikologis atau merasa diperlakukan tidak adil.
“China perlu membangun sistem dukungan sosial dan menyediakan konseling psikologis yang lebih luas. Saluran pengaduan publik juga harus diperkuat untuk mengurangi potensi tindakan balas dendam,” tulisnya di platform media sosial Weibo.
Wuxi Vocational College dikenal sebagai salah satu pusat pelatihan utama untuk berbagai industri, mulai dari manufaktur hingga desain interior. Lembaga ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam mendorong generasi muda untuk memilih jalur pendidikan kejuruan, seiring meningkatnya pengangguran di kalangan lulusan universitas.