JURNALIFE – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia sebagai dampak dari fenomena La Nina yang terjadi sejak akhir tahun ini.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebutkan bahwa proyeksi iklim untuk November hingga awal 2025 menunjukkan adanya peningkatan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan angin kencang. Peningkatan ini disebabkan oleh curah hujan yang diprediksi lebih tinggi dari biasanya.
“Fenomena La Nina yang lemah diperkirakan berlanjut hingga awal 2025. Suhu perairan Indonesia yang lebih hangat dari rata-rata turut meningkatkan pembentukan awan hujan,” kata Dwikorita dalam Sosialisasi Potensi Bencana Hidrometeorologi di Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (18/11).
Dwikorita menjelaskan bahwa beberapa faktor utama yang memengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia pada tahun depan adalah penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia. La Nina serta fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga menjadi pemicu peningkatan distribusi hujan.
Menurut proyeksi BMKG, sekitar 67 persen wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun, dengan beberapa daerah bahkan mencapai 5.000 mm per tahun. Wilayah yang diperkirakan terdampak meliputi sebagian besar Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sementara itu, 15 persen wilayah lainnya akan mengalami curah hujan di atas normal, dan hanya 1 persen wilayah, seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat, yang diprediksi memiliki curah hujan rendah.
BMKG memperkirakan puncak musim hujan terjadi pada Januari hingga Februari 2025, yang kemungkinan besar akan disertai dengan fenomena angin kencang dan kilat petir. Dwikorita mengimbau wilayah rawan banjir dan longsor untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di daerah lereng gunung api yang rentan terkena banjir lahar.
“Hujan dengan intensitas sedang saja sudah berpotensi menimbulkan banjir lahar yang merusak. Maka, wilayah-wilayah rawan ini harus bersiap menghadapi risiko bencana hidrometeorologi,” tambahnya.